Postingan

Kau Cakrawala

Gambar
Aku mengira, aku dan kamu akan menyatu sebagaimana hujan diserap tanah gembur. Rintiknya menghujam ribuan kali, menumbuhi apa-apa yang hijau dan merekahkan bunga merah. Ternyata aku kalah telak diserang imaji, bahwasanya aku akan tetap menjadi penunggu hujan turun ditengah gurun.

Untukmu, yang Baru Kujatuhi Hati

Gambar
Hai, boleh kuberopini, kau adalah kriminal yang misterius. Aku berada dalam kebingunan, larut dalam kemisteriusanmu; logikaku bergumam : mengapa aku bisa jatuh hati padamu akhir-akhir minggu ini? Menikmati seonggok daging bernyawa nan cantik menawan : kamu, dari jauh tanpa seorangpun yang tahu adalah wujud pertahananku. Aku tak ingin kegiatanku menikmatimu terganggu karena  hal-hal konyol, termasuk mengumbar jati dirimu didepan orang lain. 

Semoga Bahagia

Gambar
Dan aku semakin sadar bahwa kebencian tidak akan berujung pada penampikan. Benci akan melahirkan perhatian, dan aku terlanjur menganggapmu sebagai fragmen yang menghadirkan bencana jika kau menghilang. Aku diam, tapi larut dalam gejolak mencinta, padamu yang dulu aku benci.

'Masokis'

Gambar
Manusia normal yang lurus dan beraqidah mapan, apalagi nabi, akan tahu cara membedakan malaikat dengan iblis, nur dengan api. Jika ada manusia yang terbentuk dari dua hal itu, maka urusan kembali ke Allah, sang Maha Mengetahui, zaman sekarang tak kan ada manusia yang bisa menafsirnya.

Halaqah dan Aqidah

Gambar
Halaqah “Islam sangat menganjurkan agar para pemeluknya membentuk kumpulan-kumpulan bernuansa kekeluargaan (usrah) dengan tujuan mengerahkan mereka mencapai tingkat keteladanan, mengokohkan persatuan, dan mengangkat konsep persaudaraan di antara mereka dari tataran kata-kata dan teori menuju kerja dan operasional yang konkret. Oleh karena itu, bersungguh-sungguhlah engkau wahai saudaraku untuk menjadi batu bata yang baik dalam bangunan Islam ini” (Imam asy-Syahid Hasan al-Banna). “Jika telah mengetahui kebenaran, maka selamatkanlah orang lain” (Ibnul Qayyim al-Jauziyah).

Kuas dan Air

Gambar
Mona Lisa dipuja sebagai masterpiece seorang pujangga, tapi dimana kuas yang dipakai untuk melukis gurat-gurat itu? Lukisan-lukisan mahamahal terpajang tanpa ada kuas terdamping sebagai instrumen penciptaannya. Kuas, yang sekarang entah telah dimakan rayap atau malah terlempar ke sudut ruangan, adalah barang berjasa. Kehadirannya ditampik, dipanggil ke podium untuk sekedar menjadi tontonan pun tidak. Lukisan itu dikultuskan, dan kuas menjadi pihak yang ter-marginal-kan. Kuas, dia terlupakan, namun jika dia tak ada, maka tak ada yang berkesempatan menyaksikan senyum Mona Lisa. Harusnya kuas protes karena intimidasi pengunjung museum, tapi dia paham makna hidup. Maka dia diam menyukurinya.

Obrolanmu

Gambar
Apa kabar? Ah, pertanyaan bentuk kepedulian, yang terselimut sedikit basa-basi bagiku. Atau terbalik? Atau murni basa-basi, yang kau kemas sesingkat dua kata itu, dan berharap aku begitu bodoh untuk membalas baik, dan Kau? Tertipu oleh rasa peduli. Kau tak pernah memulai obrolan dengan sesuatu yang mengejutkan. Seperti : Bagaimana tanah yang kau injak? Atau : Menurutmu, kebijakan pemerintah menaikkan harga beras memihak rakyat? Atau lebih ke ranah intim : Disaat imanmu turun, apakah lantas kau pergi ke tempat suci dan beritikaf? Mungkin pertanyaan-pertanyaan aneh itu tak akan muncul